Cagar Alam Krakatau – Nama Krakatau tentu sudah familiar. Gunung Krakatau adalah salah satu gunung berapi aktif yang letusannya telah tercatat dalam sejarah. Krakatoa juga merupakan nama kepulauan yang menjadi tempat gunung berapi ini berada. Area ini telah ditetapkan sebagai kawasan konservasi alam dengan nama Cagar Alam Kepulauan Krakatau.
Cagar alam di Selat Sunda ini juga dikenal sebagai laboratorium alam raksasa. Keanekaragaman hayatinya yang kaya menjadikannya lokasi penelitian yang sering dikunjungi. Kondisi alamnya dijaga dengan cermat untuk melindungi keberlanjutan ekosistemnya. Oleh karena itu, ada banyak aspek menarik untuk dieksplorasi di cagar alam ini.

Biaya Masuk Cagar Alam Krakatau
Untuk memasuki Cagar Alam Krakatau, pengunjung harus membayar biaya SIMAKSI (surat izin masuk wisata) sebesar Rp 1.000.000 (satu juta rupiah). Biaya ini relatif tinggi karena merupakan donasi untuk pengelolaan cagar alam. Ada juga perusahaan tur yang menawarkan paket kegiatan. Namun, tur ini hanya tersedia saat Krakatau aman.
Pilihan Editor :
Jam Buka
Permohonan SIMAKSI untuk Cagar Alam Krakatau dapat diajukan selama jam kerja. Bahkan, jam operasional untuk pengunjung adalah 24 jam, artinya kunjungan dapat dilakukan kapan saja. Namun, petugas akan menangguhkan izin jika kondisi menjadi terlalu berbahaya.
Keindahan Cagar Alam Krakatau
Cagar Alam Krakatau adalah kawasan konservasi yang secara resmi ditetapkan pada tahun 1990. Kawasan ini mencakup lebih dari 130 hektar lahan dan perairan pesisir di sekitar Pulau Anak Krakatau. Oleh karena itu, kawasan ini juga dikenal sebagai Cagar Alam (CA) dan Cagar Laut (CAL).
Pulau Anak Krakatau sendiri sebagian besar terbentuk oleh gunung berapi. Gunung berapi ini merupakan warisan dari letusan besar pada tahun 1883. Sisa-sisa letusan tersebut membentuk gunung berapi kecil bernama Anak Krakatau, yang tetap aktif hingga saat ini.
Selain sebagai kawasan konservasi, Cagar Alam Krakatau juga merupakan kawasan penelitian. Ekosistem alaminya terawat dengan baik dan terus berkembang tanpa banyak campur tangan manusia. Kadang-kadang, lokasi ini juga dibuka untuk wisatawan, tetapi dengan tetap memperhatikan status gunung berapi tersebut.

Area Terbatas
Cagar Alam Krakatau dijaga lebih ketat daripada kawasan konservasi lainnya. Hal ini disebabkan statusnya sebagai salah satu gunung berapi paling aktif dan berbahaya di dunia. Oleh karena itu, tidak sembarang orang dapat mengunjungi atau berwisata ke area tersebut.
Biasanya, kunjungan ke cagar alam ini adalah untuk tujuan penelitian atau dokumentasi. Namun, ada juga waktu-waktu khusus ketika Krakatau dibuka untuk pariwisata. Salah satu acara tersebut adalah Festival Krakatau Lampung. Acara ini menarik lebih banyak wisatawan internasional daripada wisatawan domestik.
Ada prosedur yang harus diikuti untuk memasuki cagar alam. Salah satunya adalah mengajukan SIMAKSI (Izin Masuk Kawasan Konservasi). Biayanya cukup besar, mencapai hingga satu juta rupiah. Oleh karena itu, pastikan Anda benar-benar bertekad jika ingin mengunjungi cagar alam ini.
Bentang Alam Cagar Alam Krakatau
Kawasan Gunung Anak Krakatau mendominasi cagar alam ini. Gunung ini merupakan sisa dari letusan besar pada tahun 1883. Saat ini, Anak Krakatau berdiri sekitar 800 meter di atas permukaan laut. Namun, studi geologi mengungkapkan bahwa ketinggiannya terus bertambah 20 inci setiap bulan.
Gunung ini ditutupi tanah vulkanik hitam bercampur pasir. Lerengnya tertutup rapat oleh berbagai vegetasi. Berbagai jenis jamur, lumut, pakis, dan tumbuhan berbiji ditemukan. Berbagai fauna, seperti burung dan biawak, juga hidup di daerah ini.
Mendaki gunung ini dimungkinkan ketika status gunung tetap aman. Pantai-pantainya juga cocok untuk kegiatan seperti snorkeling. Secara keseluruhan, Cagar Alam Krakatau menawarkan pemandangan yang indah dan menakjubkan.
Pulau-pulau Sekitar
Kawasan cagar alam tidak dapat dikunjungi ketika gunung dalam status siaga. Wisatawan hanya diperbolehkan untuk melihatnya dari pulau-pulau terdekat atau dalam radius tertentu. Namun, ada cara lain untuk menikmati pesona gunung ini.
Cagar alam ini terletak di tengah kepulauan Krakatau. Beberapa pulau lain di dekatnya sama mempesonanya, masing-masing menawarkan pesona yang unik.
Pulau Sebesi, yang terletak di Kecamatan Rajabasa, Kabupaten Lampung Selatan, adalah tujuan populer bagi pengunjung dari Lampung, Jawa, dan Nusa Tenggara. Pantainya indah dan merupakan tempat yang tepat untuk menyaksikan matahari terbenam.
Pulau Umang Umang dan Pulau Sebuku Kecil juga berada di dekatnya. Pantainya bersih dan airnya jernih, menjadikannya tempat yang sempurna untuk snorkeling atau menyelam. Mirip dengan Pulau Sebuku Besar, Pulau Sangiang menawarkan perbukitan yang indah untuk trekking.
Lokasi Cagar Alam Krakatau
Cagar Alam Krakatau terletak di Kepulauan Krakatau dan merupakan bagian dari Kabupaten Lampung Selatan, Provinsi Lampung. Dari Jakarta, pengunjung perlu berangkat dari Pelabuhan Merak di Banten ke Pelabuhan Bakauheni di Lampung. Perjalanan memakan waktu sekitar 2 hingga 3 jam dengan feri biasa atau 45 menit dengan speedboat.
Dari Bakauheni, lanjutkan perjalanan Anda ke Desa Canti, Kecamatan Kalianda. Perjalanan dengan perahu nelayan ke Pulau Sebesi. Dari Sebesi, lanjutkan perjalanan dengan perahu nelayan hingga sampai ke tujuan Anda.
Rute Laut dan Darat
Tidak ada rute transportasi langsung ke Cagar Alam Krakatau. Wisatawan harus melakukan perjalanan melalui darat dan laut, yang bisa cukup melelahkan. Dari Jawa, titik keberangkatan adalah Pelabuhan Merak di Banten. Wisatawan perlu mencapai Pelabuhan Bakauheni di Lampung dengan kapal selama tiga jam.
Dari Bakauheni, perjalanan memakan waktu sekitar satu jam ke Kalianda dengan bus. Bus akan membawa wisatawan ke Dermaga Bom. Selain dermaga ini, penyeberangan juga dapat dilakukan melalui dermaga Desa Canti.
Wisatawan harus melanjutkan perjalanan mereka dengan perahu nelayan ke Pulau Sebesi, pulau terdekat dengan Pulau Anak Krakatau. Dari sana, wisatawan harus naik perahu nelayan untuk mencapai cagar alam.

