Makna Lambang Tugu Kujang : Simbol Kota Bogor

Makna Lambang Tugu Kujang – kota Bogor yang memiliki julukan kota Hujan ini memiliki lambang atau ikon kota yang bernama “Tugu Kujang”. Tugu Kujang ini menjadi ciri khas kota Bogor dengan memiliki Motto yaitu “Dinu Kiwari Ngancik Nu Bihari Seuja Ayeuna Sampeureun Juga”.

Motto yang tertulis pada tugu bagian bawah ini memiliki arti, yaitu “Apa Yang Dilakukan Hari Ini Dan Esok Harus Lebih Baik Dari Hari-hari Sebelumnya”. Motto tersebut berasal dari prasasti Lingga serta Batutulis pada Kerajaan Pajajaran yang dahulu dipimpin oleh Sri Baduga Maharaja Ratu Adil.

Makna Lambang tugu Kujang

Tugu kujang ini berada di pusat kota Bogor dan memiliki ukuran tinggi sekitar 25 meter serta berada disebuah lahan dengan luas 26 x 23 meter. Berbalut dengan ornamen kujang yang berdiri di atas puncak memiliki berat sekitar 800 kg dengan tinggi sekitar 7 meter.

Ornamen kujang ini terbuat dari bahan stainless steel dan dilapisi perunggu serta kuningan. Tugu yang menghabiskan dana pembangunan sekitar 80 juta ini menghadap ke arah Istana Bogor.

Makna dari lambang tugu kujang ini yaitu Nama kujang ini berasal dari nama sebuah senjata pusaka tradisional dari etnis Sunda yang konon memiliki keistimewaan tersendiri dan juga memiliki kekuatan gaib.

Sejak abad ke 14 pada saat kerajaan padjajaran pusaka kujang ini sudah dikenal oleh masyarakat Sunda yang memiliki fungsi sebagai peralatan pertanian. Sehingga pusaka ini tidak bisa dipisahkan dari masyarakat Sunda tersebut terutama pada masa pemerintahan Prabu Siliwangi.

Masyarakat luas khususnya daerah Jawa Barat lebih mengenal dengan nama Pusaka Prabu Siliwangi.

Baca Juga : Tugu Kujang Bogor : Lambang Kota Yang Berdiri Megah

Namun saat adanya para penjajah asing, senjata ini digunakan untuk melawan dan mengusir para penjajah asing ini. Pada masa itu, rakyat Indonesia terutama suku Sunda belum memiliki persenjataan yang cukup lengkap dan modern sehingga terpaksa mereka menggunakan senjata seadanya untuk melawan para penjajah tersebut.

Namun demikian, hal ini ternyata terbukti bahwa para pejuang tersebut mampu melawan para penjajah dan mengambil kembali kekuasaan wilayah mereka walau meski hanya menggunakan senjata sederhana ini. Karena hal inilah senjata Kujang ini dijadikan sebagai simbol pusaka.

Dalam pernyataan yang tertera dalam naskah kuno sanghyang siksa kanda Ng karesian ( 1518 M ) maupun tradisi lisan yang berkembang di beberapa daerah, dan salah satu di antara nya yaitu di daerah rancah ciamis dan sampai saat ini pun kujang sebagai alat pertanian masih dapat kita temukan pada masyarakat baduy, banten dan pancer pangawinan di sukabumi.

Baca Juga : Museum Nasional : Yuk Belajar Alam Di Munasain Bogor

Terdapat beberapa versi asal kata Kujang ini, ada versi yang menyebutkan bahwa kata kujang berasal dari bahasa Sunda kuno yaitu “kudi” dan “hyang”. Kata “kudi” ini sendiri berarti senjata yang memiliki kekuatan gaib, sedangkan “hyang” berarti Dewa. Ada juga sebagian yang mengaitkannya dengan kata “ujang” atau yang berarti menusia.

Memasuki abad ke-9 dan ke-12, munculah wujud baru kujang yang telah memiliki keiistimewaan dengan karakternya sendiri. Adanya perkembangan teknologi, budaya, sosial serta ekonomi pada masyarakat Sunda membuat kujan ini mengalami pergeseran bentuk, fungsi serta makan. Alat kujang ini juga mulai berubah menjadi senjata yang memiliki nilai simbolik dan sakral.

Baca Juga : Kebun Raya Bogor : Primadona Icon Kota Bogor

Pusaka tradisional ini cukup berati bagi masyarakat setempat Jawa Barat dan khususnya daerah Bogor. Untuk menghormati sejarah tersebut maka dibangunlah Tugu Kujang yang kokoh ini dan hingga kini tugu ini dikenal sebagai lambang dari kota Bogor. Tugu Kujang dibangun pada tanggal 4 Mei 1982 dan dalam masa pemerintahan walikota Achmad Sobana.

Spada awalnya saat berunjung ke  tugu kujang anda dapat menikmati dan melihat latar belakang pemandangan indah Gunung Salak. Namun saat ini akan cukup sulit untuk menyaksikan pemandangan indah Gunung Salak ini karena sudah terhalang oleh bangunan-bangunan, seperti hotel yang cukup tinggi sehingga menutupi Gunung Salak.

Anda mungkin juga suka...

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Eksplorasi konten lain dari sentul.city

Langganan sekarang agar bisa terus membaca dan mendapatkan akses ke semua arsip.

Lanjutkan membaca